KENDALI
ELEKTRO INDONESIA Nomor 2, Tahun II, Oktober 1994

[ Daftar Isi
[ Nomor 1
[ Nomor 2
[ Nomor 3
[ Nomor 5
[ Nomor 6
[ Nomor 7
[ Nomor 8
Sistem Kendali Digital
Otomatisasi Pembangkit Tenaga Listrik

Memasuki akhir abad 20 ini, sejalan dengan keberhasilan perkembangan mikroprosesor dan komputer, dunia diserbu oleh kehadiran berbagai produk elektronik yang seerba otomatis. Hal ini merupakan jawaban terhadap tuntutan masyarakat yang menghendaki peralatan-peralatan yang serba cepat dan efisien, terutama memasuki era globalisasi sekarang ini. Diharapkan dengan menggunakan peralatan serba otomatis, selain mampu memperoleh hasil yang lebih baerdaya guna dan berhasil guna, juga mampu menekan kesalahan yang bersumber dari manusia (human error). 

Untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan agar dapat bersaing di pasar dunia, terutama memasuki era pasar terbuka, dunia industri pun dituntut untuk terus menghasilkan produk-produk aru. Sebagai akibatnya kebutuhan akan energi listrik pun semakin bertambah besar. Agar energi listrik yang tersedia mampu digunakan secara efisien, berbagai usaha pun dilakukan oleh pihak penyedia listrik. Salah satu diantaranya adalah melakukan otomatisasi pembangkit listrik. 

Konsep Otomatisasi

Pada tahap awal perkembangannya, pembangkit listrik dirancang untuk beroperasi dengan pola base-load. Dengan pola ini, pembangkit akan selalu beroperasi penuh tanpa melihat beban yang diperlukan konsumen. Dengan demikian, banyak daya listrik yang terbuang. Untuk mengatasi masalah ini, pola operasi pun diusahakan untuk diubah. Pola operasi yang paling diharapkan adalah full load-following. Dengan pola ini, pembangkit akan beroperasi secara otomatis mengikuti tingkat kebutuhan daya yang digunakan konsumen. Namun, untuk mengoperasikan pembangkit listrik dengan pola ini dibutuhkan sistem pengendali yang benar-nbenar canggih, khususnya pada pembangkit listrik yang sistemnya sangat kompleks seperti PLTN (Pusat Listrik Tenaga Nuklir). 

Setingkat di bawah pola full load-following adalah semi load load-following. Pada pola ini sistem pembangkit uap selalu beroperasi secara penuh (seperti base-load), sedangkan frekuensi turbin dan generator melalui kendali frekuensi otomatis (automatic frequency control disingkat AFC). Sistem pengendali yang diperlukan pada pola ini, meski pun tidak serumit pola full load-following, tingkat otomatisasinya harus tinggi. Hal ini disebabkan perubahan operasi pada turbin dan generator akan mempengaruhi pula sistem pembangkitan uapnya. Saat ini, pola inilah yang mulai diterapkan pada pembangkit-pembangkit listrik bertenaga batu-bara dan gas. 

Sistem Kendali Digital (Digital Control System)

Berbeda dengan sistem kendali diaplikasikan pada peralatan elektronik yang kita gunakan sehari-hari, perkembangan sistem kendali pada pembangkit listrik boleh dikatakan sangatlamban. Bila pada peralatan elektronik seperti telepon, AC, refrigerator, radio dan TV telah digunakan sistem kendali digital modern seperti fuzzy dan neural network, maka pada pembangkit listrik yang umumnya masih dipakai adalah sistem kendali klasik PID (proportional-integral-derivative). Hal ini disebabkan kondisi sistem pembangkit listrik yang sangat kompleks dipandang dari sudut pengendalian Bila peralatan elektronik seperti radio, mesin cuci, dan refrigerator merupakan sistem linier dan umumnya merupakan sistem dengan masukan dan keluaran tunggal (SISO= single input single output), maka pembangkit listrik merupakan sistem dengan masukan dan keluaran banyak (MIMO=multi input multi output) dan bersifat tak llinier. Selain itu umumnya pembangkit listrik memiliki sistem kendali lebih dari satu, masing-masing mengendalikan satu sub-sistem. Karena sub-sistem sub-sistem tersebut bekerja saling berhubungan maka sistem kendalinya pun harus saling berhubungan. Kemudian untuk lebih menjamin keamanan, pada sebagian jenis pembangkit listrik, sistem kendalinya masih dibagi atas sistem kendali proses (prosess control system) dan sistem kendali proteksi (protection control system). Ini memerlukan tingkat otomatisasi yang tinggi yang hanya dapat ditangani oleh digital sistem kendali dengan prosesor komputer paralel. 

Kompleksnya sistem pembangkit listrik menyebabkan upaya pemanfaatan kendali digital dilakukan setahap demi setahap. Bagian paling utama yang diupayakan untuk diganti adalah ruang pengendali. Hal ini terutama untuk mengurangi kesalahan yang bersumber dari operator (human error). 

Penutup

Di Indonesia engineers yang berkecimpung dalam bidang elektronika dan instrumentasi, khususnya yang mendalami sistem pengendalian, belum banyak berperan dalam perancangan terutama untuk pembangkit listrik. Namun, para teknisi dan engineers perlu segera dipersiapkan setidak-tidaknya untuk menangani perawatan dan perbaikan, sehingga kita tidak tergantung kepada pihak luar. Untuk jangka panjang, dalam upaya menuju industri yang mandiri, para engineer kita perlu dipersiapkan untuk segeramelakukan alih teknologi dalam masalah perancangan sistem kendali ini. Tent saja ini memerlukan kerja sama para engineer yang ada di badan-badan litbang milik pemerintahdan perguruan tinggi yang didukung oleh pihak swasta. q

Oleh: Sarwo D. Danupoyo, M.Eng. adalah Peneliti pada Kelompk Instrumentasi dan Kontrol PPkTN - Batan. 

Artikel lain


[ Nomor 1 ] , [ Nomor 2 ] , [ Nomor 3 ] , [ Nomor 5 ] , [ Nomor 6 ] , [ Nomor 7 ] , [ Nomor 8

[ Daftar Isi ] , [Home] , [Halaman Muka] , [YPTE] , [Sertifikasi Insinyur Profesional] , [Pengurus BKE-PII]

© 1996-1998 ELEKTRO Online .
All Rights Reserved.