ENERGI
ELEKTRO INDONESIA Nomor 1, Tahun I, Juli 1994

[ Daftar Isi ]
[ Nomor 2 ]
[ Nomor 3 ]
[ Nomor 4 ]
[ Nomor 5 ]
[ Nomor 6 ]
[ Nomor 7 ]
[ Nomor 8 ]
 
Manfaat
Lampu Hemat Energi & Ballas Elektronik

Latar Belakang
Sesuai Keputusan Presiden RI. No. 43 Th 1991 Tentang Konversi Energi, maka Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) selaku penyedia dan pengelola energi listrik di Indonesia telah melakukan salah satu kegiatan penelitian untuk dapat mewujudkan konservasi energi khususnya dalam hal penggunaan lampu penerangan dengan sumber energi listrik. Sejalan dengan keinginan pemerintah, sejarah teknologi perlampuan pada dekade Th 90-an telah menghasilkan lampu penerangan yang hemat energi yang umum digunakan oleh masyarakat. 

Diharapkan dalam pelaksanaan Pembangunan Jangka Panjang II yang baru mulai dilaksanakan pada Tahun Anggaran 1994/1995, sistem penerangan listrik sudah dapat menjangkau pada daerah-daerah pelosok di tanah air yang pada akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup yang memadai sesuai yang dicita-citakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Kenyataan yang dihadapi saat ini, masyarakat masih banyak yang belum mengenal atau belum memahami apa yang dimaksud dengan Lampu Hemat Energi (LHE) dan Ballas Elektronik (BE). Masyarakat cenderung memilih lampu yang murah dan mudah sisapat di pasaran, namun kenyataannya tidak hemat energi, yaitu lampu jenis pijar (Incandescent). Dengan bertitik tolak hal tersebut diatas, penulis mencoba membahas dan menganalisa untuk kemudian dapat memperoleh kesimpulan yang baik dengan harapan dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. 

Sejarah Perlampuan

Sejarah perkembangan perlampuan bermula pada puluhan abad yang lalu dari suatu penemuan manusaia yang membutuhkan penerangan (cahaya buatan) untuk malam hari dengan cara menggosok-gosokan batu hingga mengeluarkan api/cahaya, kemudian dari api dikembangkan dengan membakar benda-benda yang mudah menyalan hingga membentuk sekumpulan cahaya dan seterusnya samapi ditemukan bahan bakar minyak dan gas yang dapat digunakan sebagai bahan penyalaan untuk lampu obor, lampu minyak maupun lampu gas. Teknologi berkembang terus dengan ditemukannya lampu listrik oleh Thomas Alpha Edison pada tanggal 21 Oktober 1879 di laboratorium Edison-Menlo Park, Amerika. Prinsip kerja dari lampu listrik tersebut adalh dengan cara menghubung singkat listrik pada filamen carbon ( C ) sehingga terjadi arus hubung singkat yang mengakibatkan timbulnya panas. Panas yang terjadi dibuat hingga suhu tertentu sampai mengeluarkan cahaya, dan cahaya yang didapat pada waktu itu baru mencapai 3 Lumen/W (Lumen = satuan arus cahaya). 

Baru lima puluh tahun kemduian, tepatnya Th 1933 filamen carbon diganti dengan filamen tungsten atau Wolfram (=wo) yang dibuat membentuk lilitan kumparan sehingga dapat meningkatkan Eficacy lampu menjadi + 20 Lumen/W. Sistem pembangkitan cahaya buatan ini disebut sistem pemijaran (Incondescence). Revolosi teknologi perlampuan berkembang dengan pesatnya. Pada tahun 1910 pertama kali digunakan lampu luah (discharge) tegangan tinggi. Prinsip kerja lampu ini menggunakan sistem emisi-elektron yang bergerak dari Katoda menuju Anoda pada tabung lampu akan menumbuk 'atom-atom media gas yang ada di dalam tabung tersebut, akibat tumbukan akan menjadi pelepasan energi dalam bentuk cahaya. Sistem pembangkitan cahaya buatan ini disebut Luminescence (berpendarnya energi cahaya keluar tabung). 

Media gas yang digunakan dapat berbagai macam. Tahun 1932 ditemukan lampu luah dengan gas Sodium tekanan rendah, dan tahun 1935 dikembangkan lampu luah dengan gas Merkuri, dan kemudian tahun 1939 berhasil dikembangkan lampu Fluorescen, yang biasa dikenal dengan lampu neon. Selanjutnya lampu Xenon tahun 1959. Khusus lampu sorot dengan warna yang lebih baik telah dikembangkan gas Metalhalide (Halogen yang dicampur dengan Iodine) pada tahun 1964, sampai pada akhirnya lampu Sodium tekanan tinggi tahun 1965. Prinsip emisi elektron ini yang dapat meningkatkan efficacy lampu diatas 50 Lumen/W, jauh lebih tinggi dibanding dengan prinsip pemijaran. Hal ini jelas karena rugi energi listrik yang diubah menjadi energi cahaya melalui proses emisi elektron dapat dihemat banyak sekali dibanding dengan cara pemijaran dimana energi listrik yang diubah menjadi energi cahaya banyak yang hilang terbuang menjadi energi panas (sebelum menjadi energi cahaya). Distribusi energi yang diubah menjadi energi cahaya. 

Pada era yang terakhir telah dikembangkan lampu pijar dengan sistem induksi magnit yangmempunyai umur paling lama dari lampu-lampu jenis lain + 60.000 jam. Namun hal ini masih dalam tahap penelitian. Dan penelitian & pengembangan (R & D) guna mendapat nilai ekonomi yang lebih baik (benefit/cost rtio). Untuk sistem penerangan dekade 90-an yang banyak digunakan oleh masyarakat umum saat ini adalah jenis lampu frluorescen kompak model SL atau PL dan ini yang dikenal lampu hemat energi (LHE). 

Lampu Hemat Energi (LHE) & Ballas Elektronik (BE)

Lampu Hemat Energi (LHE)
 
    Seperti telah diuraikan diatas bahwa jenis yang dimaksud jenis LHE adalah lampu jenis Fluorescen atau lebih dikenla dengan lampu neon. Sekarang ini yang sedang populer dan giat-giatnya dipublikasikan oleh para produsen perlampuan adalah lampu fluorescen model SL & PL. Lampu model SL & PL pada prinsipnya secara teknis sama dengan model lampu jenis fluorescen biasa yaitu efficacy lampu berkisar 60 Lumen/W, hanya keistimewaan mempunyai bentuk yang ringkas, tidak memanjang seperti lampu fluorescen biasa, komponen elektrisnya yang terdiri dari ballas, capasitor dan stater terpadu dalam suatu kesatuan dalam lampu dan disebut model SL, sedangkan model PL untuk komponen elektrisnya terpisah dari lampu . Bentuk kaki lampu dibuat sama seperti pada kaki lampu pijar yaitu dengan sistem ulir dengan ukkuran standar E.27. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penggantian pada lampu pijar diubah menjadi lampu fluorescen . Ada juga lampu fluorescen model ring yang kaki lampunya diubah mengikuti seperti lampu pijar, yaitu sistem ulir ukuran standar E.27. 

    Renderasi warna (Colour rendering) dapat dipilih berbagai masam sesuai yang diinginkan oleh konsumen, Bila diinginkan warna cahaya seperti lampu pijar maka dapat dipilih dengan indeks renderasi warna yang tinggi, karena warna pada lampu pijar adalah warna standar / acuanyang mendekati warna cahaya dengan spektrum yang lengkap seperti pada sinar matahari. 

    Selain itu bila diinginkan warna cahaya lain seperti warna white, cool white, day ligh, dll, maka hal ini lebih dimungkinkan didapat pada lempu fluorescen dibandingkan dengan lampu pijar yang hanya mempunyai satu jenis redensi warna. 

    Umur lampu fluorescen adalah 8000 jam, lebih lama bila dibandingkan dengan umur lampu pijar yang hanya 1000 jam.

Ballas Elektronik (BE) :
    Ballas jenis ini mempunyai keunikan khusus, yaitu sistem bekerjanya tidak lagi menggunakan gulungan (kumparan) kawat pada suatu inti besi, tetapi telah diganti dengan sistem rangkaian elektronik sehingga besarnya rugi-rugi pada inti besi, pada kumparan menjadi tidak adalagi, dan hanya sedikit rugi saja karena rangkaian/sirkit. Inilah yang paling menguntungkan dalam penghematan energi listrik yang diserapnya. Keuntungan lain yang didapat adalah dapat diatur konsumsi arus listriknya dengan tetap mempertahankann besar tegangan yang diinginkan, sehingg ballas elektronik dapat digunakan untuk sistem pengaturan energi listrik sesuai yang dibutuhkan pada suat ruangan. Dengan sistem sirkit elektronik maka ballas menjadi lebih ringan dan lebih kecil dibandingkan dengan ballas konvensional (sistem gulungan kawat).

Hasil Penelitian PLN

PLN telah melakukan penelitian terhadap LHE & BE pada pelanggan rumah tangga dan kantor di Jakarta pada tahun 1993 yang lalu. Penelitian dilakukan melalui survei akseptansi, survei respon dan pengukuran beban, dengan data yang didapat sebagai berikut : 

Karakteristik Konsumen

  • 60% lebih kepala rumah tangga adalah pegawai
  • 70% lebih kepala rumah tangga adalah berpendidikan SLTA atau leih tinngi
  • 59% lebih rumah tangga berpenghasilan tiap bulan Rp 300.000 atau kurang.
  • 35% rumah tangga mempunyai luas tanah 45-70 M2 dan 33% menempati 70-120 M2.
2.Golongan tarif R1 & R2 merupakan konsumsi golongan tarif terbesar di PLN (93%) dengan jumlah lampu penerangan (Comprevensive Market Planning and Analysis System), sehingga dapat menghitung manfaat & biaya serta penghematan energi yang diperoleh dari pelaksanaan DSM. Manfaat ini dapat dinikmati oleh pelanggan serta PLN maupun masyarakat luas. Secara detail, analisa beaya dan manfaat dapat diuraikan dengan pertimbangan hal-hal sebagai berikut : 

Utility cost test : adalah uji untuk membandingkan antara investasi yang ditanggung PLN dalam melaksanakan DSM dengan investasi baru guna mencukupi pertumbuhan konsumen baru. 

Uji ini dianggap baik/berhasil bila biaya yang ditanggung PLN dalam melaksanakan DSM lebih kecil daripada investasi baru. 

Rate payer Impact Measure (RIM) test : adalah uji untuk mengetahui efektifitas biaya yang dikeluarkan partisipan dalam mengikuti DSM.

  • Toral Resource Cost (TRC) test : adalah uji untuk mengevaluasi pengaruh DSM terhadap biaya konsumsi listrik pelanggan, baik yang ikut DSM maupun yang tidak.
  • Societal test : adalah uji yang lebih luas dati TRC test, yaitu dengan mempertimbangkan dampak lingkungan, sosial dan lain-lain.
Selanjutnya sebagai Data Masukan pada COMPASS, didasarkan pada : 

*Rate Schedule

Tarif Dasar Listrik (TDL) yang berlaku saat ini untuk golongan tarif R1, R2 & R3. Golongan R1 & R2 dengan sistem block rate, pemakaian sampai dengan 60 jam nyala/bulan adalah Rp 74,-/KWH dan lebihnya Rp 99,5/KWH. Sedangkan bea beban untuk R1 : Rp 3.260/KVA dan untuk R2 : Rp 3.660/KVA. Tarif listrik pemakaian untuk R3 : Rp 212,50/KWH dan bea beban Rp 7.560/KVA. 

Seluruh nilai rupiah dikonversikan dengan nilai dollar Amerika (1 USD = Rp 2.100) 

*Technology characteristic.

Hasil survei menunjukkan pemakaian lampu penerangan adalah 9 jam/hari dengan beban puncak selama 4 jam. Penggunaan lampu dapat digolongkan : 

R1 : 4 buah @ lampu pijar 25 W diganti LHE 9 W 
R2 : 5 buah @ lampu pijar 25 W diganti LHE 9 W 
R3 : 5 buah @ lampu pijar 60 W diganti LHE 11 W 

*Market segment profile

adalah profil tentang pelanggan yaitu jumlah pelanggan yang ada maupun yang baru tingkat pertumbuhan, berkurangnya pelanggan untuk masing-masing pelanggan baru. Dalam hal ini diambil segmen pasar pada daerah Jawa-Bali pada tahun 1993/1994 sebagai berikut : 

R1 : 8.380.000 
R2 : 1.533.000 
R3 : 205.000 

Demolition rate atau tingkat pertumbuhan segmen/tahun diambil 1% dan discount rate 12%. 

*Market acceptance

Digunakan untuk memperkirakan adopsi pasar terhadap penggunaan LHE, dimana metode yang digunakan untuk studi ini dengan cara pa back acceptance, yang umum dipakai, dan untuk difusi pasar digunakan Direct Entry. 

*Utility characteristic.

Data yang dibutuhkan untuk menjelaskan sistem pembangkitan, maginal cost external cost & proyeksi KWH sales, semua ini didasarkan pada perhitungan PLN. 

Dengan memasukkan data yang didapat seluruhnya maka tolok ukur keberhasilan DSM dapat dinyatakan dengan nilai benefit/cost Ratio (B/C Ratio)_1. Untuk mencapai B/C_1 maka diberikan nilai variabel yang dalam hal ini berupa Insentif kepada pelanggan. 

Saran

  • Sasaran konsumen yang paling dominan perlu mendapat perhatina dari pemerintah dalam hal ini PLN-untuk penggunaan LHE adalah pada pelanngan golongan R1 & R2
  • Dan unutk BE adalah pelanggan perkantoran Pemerintah maupun swasta, disamping pelanggan pada golongan tarif lainnya.
  • Memberikan Penyuluhan & Keudahan bagi konsumen listrik untuk kampanya mobilisaasi LHE & BE dengan memanfaatkan Instansi Pemerintah, Lembaga-lembaga Pendidikan serta Organisasi -organisasi Profesi dan lain-laiin.
  • Instansi Pemerintah : Departmenen Pertambangan & Energi, Departemen Perindustrian, Departemen Penerangan dan Departemen Perdagangan dalam hal kemudahan & kemudahan LHE & BE, pengawasan mutu produksi untuk fiting lampu yang cacat-tidak kuat bila memakai LHE.
  • Lembaga Pendidikan : pengabdian masyarakat yang ada di Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta, serta para pengajar/guru diseluruh tingkat pendidikan.
  • Organisasi Profesi : Assosiasi Kontraktor Listrik Indonesia (AKLI), salah satunya dengan cara low enforcement pada saat proses sambungan baru golongan R1 & R2 pad sistem Paket yang telah diberlakukan PLN di Jakartak dan Tangerang. Saat ini instalasi yang disediakan oleh PLN melalui Instalatir dapat ditambahkan dengan LHE sebanyak 3 titik lampu untuk calon pelanggan 450 VA dan 6 titik lampu untuk calon pelanggan 900 VA.
  • Himpunan Teknik Iluninasi Indonesia (HTII), salah satu upayanya dengan memberikan penyuluhan pada saa melakukan proses disain penerangan, standar level penerangan yang memadai untuk kesehatan mata, untuk nilai ekonomis (konservasi energi), dan kenyamanan serta keindahan.
  • Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), menyiapkan proses disain arsitektur bangunan dengan penggunaan LHE & BE. Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII). Membantu desain interior dengan mempertimbangkan penggunaan LHE & BE.
  • Lembaga Konsumen dengan memberikan arahan keuntungan & kerugian penggunaan LHE & BE dibandingkan dengan lampu pijar dan ballas konvensional.
  • Pada dasarnya suatu Inovasi baru tidak mudah diserap oleh seluruh lapisan masyarakat seperti misal "Teknologi Energi Listrik", mula-mula diterima oleh masyarakat pada kalangan atas, bangsawan, feodal, maupun teknokrat, dan lama kelamaan kalangan menengah kebawah merasa butuh akan teknologi tersebut dan akhirnya lambat laun mau meneriman, yang ternyata saat sekarang ini teknologi listrik merupakan kebutuhan pokok masyarakat di kota-kota besar.
Hal ini dapat dimungkinkan dengan alasan : 
  • Memberikan nilai tambah dalam harga diri/prestige bagi kalangan atas/bangsawan.
  • Nilai ekonomi yang hanya dapat dicapai oleh kalangan tersebut.
  • Tingkat kemajuan fikiran yang lebih baik (high education).
Dengan demikian berarti penggunaan LHE & BE sangatlah tepat diarahkan pada kalangan atas, teknokrat dan lain-lain khususnya yang berada di pedesaan. Dalam hal penghematan energi yang dapat menguntungkan PLN maupun pelanggan, maka ada pepatah yang mengatakan (almarhum Dr. F. Tambunan) bahwa satu orang tiap harinya mematikan lampu 25 W, maka akan didapat penghematan energi di seluruh Indonesia yang telah menggunakan listrik + 100 juta penduduk adalah = 2.500 juta Watt sama dengan 2.500 MW. Diharapkan hal ini dapat diwujudkan menjadi suatu kenyataan, melalui penyuluhan, iklan dan lain-lain.

Daftar Pustaka

  1. Interior lighting TH 1981 > Prof. J. B. de Boer & Prof. Dr. D. Ficher.
  2. Majalah Sang Surya Edisi 1, 5 & 6, Himpunan Teknik Iluminasi Indonesia th 1991, th 1994.
  3. Laporan Utama Penelitian & Pengadaan Pilot Proyek Penggunaan LHE & BE. Departemen Pertambangan & Energi. PLN Pusat. Nov. 1993.q
Oleh: Ir. S. Gunawan, M. Sc adalah Pengajar Teknik Iliminasi pada beberapa perguruan tinngi di Jakarta. 

Artikel lain


[ Daftar Isi ] , [ Nomor 2 ] , [ Nomor 3 ] , [  Nomor 4 ]  , [ Nomor 5 ] , [ Nomor 6 ] , [ Nomor 7 ] , [ Nomor 8

[Home] , [Halaman Muka] , [YPTE] , [Sertifikasi Insinyur Profesional] , [Pengurus BKE-PII]


© 1996-1998 ELEKTRO Online .
All Rights Reserved.