ELEKTRO
Nomor 29, Tahun VI,  Januari  2000
TELEKOMUNIKASI

Passive Optical Network dan Perkembangannya

Home
Halaman Muka


Sajian Utama
Energi
Elektronika

Komunikasi data Visual  Basic - PLC Omron

SDMA sebagai Alternatif Peningkatan Kapasitas dan...

Passive Optical Network dan Perkembangannya

Fraud dan Media Sekuriti pada Komunikasi Telepon Bergerak

 

Passive Optical Network dan Perkembangannya

Pendahuluan

Passive Optical Network merupakan salah satu alternative yang bisa menggantikan teknologi tembaga untuk narrow band dan broadband. Dengan Passive Optical Network (PON) kinerja dapat ditingkatkan dan biaya operasi dapat ditekan.
 
Gambar 1. Layanan PON

Dengan Teknologi fiber optic beberapa layanan bisa dalam satu saluran yaitu telepon, data, dan video, selain itu juga biaya bisa ditekan sehingga teknologi fiber optic mempunyai prospek yang bagus. Layanan ini menggunakan PON yang menggunakan sistem multiplekser sehingga beberapa layanan dapat hanya dengan satu saluran. Multiplekser saluran transmisi dihubungkan ke saluran pelanggan.

Broadcasting TV kabel dengan sistem ini memiliki keuntungan yang sangat besar, penguatan pada saluran coaxial kabel digantikan dengan teknologi fiber optic tunggal. PON dapat meningkatkan fan-out pada single head-end laser. Penggunaan PON pada jaringan distribusi sekunder bisa tetapi dibutuhkan amplifier atau regenerator yang dipasang antara jaringan distribusi primer dan sekunder karena terbatasnya daya pada broadband PON. Saat sekarang ini pengembangan jaringan optik pasif masih belum pesat karena mempertimbangkan biaya yang diperlukan dan kualitas layanan pada konsumen. Sebelum pembicaraan pengembangan jaringan pasif broadband lebih jauh, beberapa hal perlu diperhatikan untuk memahami pelayanan broadband dimasa datang.

Broadband Services

Teknologi dan biaya instalasi merupakan hal yang sangat penting ketika memilih apakah teknologi tembaga atau fiber optic disamping keuntungan dan kerugian kedua teknologi teksebut. Teknologi PON memungkinkan broadcast dan penyediaan layanan pada pelanggan.

Broadcast Services

Prinsip kerja jaringan konvensional broadband dengan menyediakan distribusi TV kabel, dengan demikian semakin banyak pelanggan semakin banyak saluran. Kabel coaxial mampu membawa 90 saluran yang masih dipakai di Amerika Serikat, sedangkan di Eropa dengan sistem DBS yang mampu mengirimkan 48 saluran pada satu posisi orbit stasiun bumi yang pada awalnya hanya 16 saluran. Jika jumlah saluran satelit dikalikan dengan posisi orbit (dengan 3 sudut yang berbeda) dan jumlah pita frekuensi sehingga 3000 sehingga banyak sekali saluran TV yang mampu di layani di Eropa. Oleh karena itu tidak dapat dibayangkan berapa banyak saluran siaran TV yang akan ada. Hal ini mungkin jika menggunakan lebih sedikit saluran High Definition Television (HDTV) yang bisa menggoptimalkan kemampuan kapasitas yang ada. Dengan menggunakan transmisi fiber optic semua saluran dapat dikembangkan dengan teknik teknik yang umum, dengan demikian dapat dihilangkan beberapa peralatan yang dibutuhkan untuk penyiaran TV. Pada saat ini teknologi mutliplekser elektrik belum bisa untuk menyediakan kapasitas akses yang cukup. Wavelength Division Multiplexing (WDM) bersama-sama dengan Sub-Carirer Multiplexing (SCM) atau Time Division Multiplexing (TDM) membicarakan solusi untuk menentukan panjang gelombang yang akan digunakan.

Switched Service

Penyediaan swiching sebagai suatu meoda alternativ untuk menambah kapasitas akses saluran. Dengan menempatkan sebuah saluran pada pelanggan dan menyediakan sebuah saluran untuk mengontrol central switch, pengaksesan pada range yang lebar yang banyak menjadi suaatu hal yang mungkin. Jika pada saluran ini terdapat juga pada broadband maka teknologi switch dapat dikembangkan untuk menyediakan video telephony.

Pada saat ini, murahnya teknologi PON memungkinkan 32 saluran TV untuk menyiarkan ke 32 pelanggan, 64 saluran untuk menyiarkan ke 16 pelanggan atau 16 saluran untuk 64 pelanggan. Perkembangan teknologi dapat meningkatkan saluran untuk pelanggan sampai 1024, tetapi pertanyaan yang muncul adalah berapa rasio yang terbaik antara jumlah saluran dengan jumlah pelanggan. Perbandingan m:n yang dianjurkan 1:1 dengan jumlah m dan n yang sangat besar.

Upstream Broadband Service

Permintaan akan layanan upstream broadband pada jaringan loop meningkat tajam. Permintaan layanan yang meningkat menyebabkan kemampuan layanan boadband berubah. Ketika permasalahan ini dapat diatasi, saluran diset untuk video telephony untuk peningkatan titik saluran dimana pada lokal loop pelanggan mendapatkan layanan .

Teknologi yang Diperlukan dan Perkembangannya

Paper ini mengupas identifikasi yang diperlukan untuk meningkatkan akses untuk saluran dalam jumlah besar atau video telephony dan teknologi WDM untuk distribusi HDTV . PON dapat melayani berbagai jenis kebutuhan diatas, selanjutnya diperlukan teknologi dan arsitektur jaringan untuk mendemonstraikan cara kerjanya sistem tersebut.

Penentuan Jenis Sistem Multiplexer

Pilihan multiplexing pada saat ini yaitu TDM, SCM dan WDM. TDM dan SCM mempunyai keuntungan dengan murahnya teknologi elektrik. Sedangkan WDM mampu mengakses lebih banyak spektrum optic dari pada dengan sistem TDM dan SCM, ini merupakan kerugian sistem multyple transmitter dan receiver. Strategi untuk menekan biaya yaitu dengan menggunakan TDM dan SCM untuk layanan sederhana dan WDM untuk meningkatkan kapasitas akses pada layanan khusus. TDM dan SCM mempunyai kemampuan yang hampir sama dalam kapsitas saluran dan daya pada sistem broadcast dengan 32 untuk saluran TV konvensional dan besar dayanya 35 dB. Perbedaan utama yaitu TDM merupakan sistem digital sedangkan SCM lebih bagus untuk transmisi analog pada FM video. Untuk masa sekarang, biaya yang diperlukan menunjukan bahwa transmisi digital lebih menguntungkan, khususnya dalam jumlah yang lebih besar. Ketika Intregated Circuit (IC) dikembangkan di BTRL sehingga dapat digunakan untuk membangun sebagian besar pemilih saluran dan menguraikan fungsi-fungsi yang dibutuhkan dalam unit pelanggan. Meskipun demikian SCM mempunyai keuntungan dengan dapat menggunakan satelit sehingga mampu dari top unit mencapai layanan yang sederhana. Mana dari kedua pilihan tersebut yang akan mendominasi pada masa yang akan datang kurang dapat dipastikan, akan tetapi kelihatanya trasmisi digital lebih disukai karena mampu untuk switching dalam skala besar dan resiko kerusakan lebih sedikit.

Video Switch yang Dipusatkan

Gambar 2 menunjukan jaringan PON dengan switch diletakan pada kantor pusat. Fungsi switch adalah menerima satu dari 32 saluran multiplekser video dari sejumlah source program dan memilih saluran untuk port output sebagai 32 saluran multiplekser yang baru. Sebagian besar traffic akan didistribusikan sehingga memungkinkan 1 saluran input dihubungkan ke seluruh saluran output. Ini juga memungkinkan routing downstream panggilan video phone dengan perbandingan 1:1 Output port dari switch setiap drive satu head-end laser yang di pasang pada kantor pusat, kemudian laser menyediakan layanan sampai 32 pelanggan melalui jaringan PON.
Gambar 2. Switched PON

Pada arah yang berlawanan kepadatan traffic lebih renda.Oleh karena itu receiver yang lebih sensitiv lebih cocok digunakan pada bagian head-end dari pada customer-end. Sebuah asymetrical coupler pada head-end terdiri dari saluran upstream dan downstream dengan noise yang kecil pada saluran downstream.

Keduanya, TDM dan SCM dibahas dalam traffic space. Switch bisa lebih besar dengan MUX/DEMUX pada port I/O, atau lebih kecil dengan switch time-space-time-switch jika menggunakan TDM.

Upgrade pada HDTV

Kapasitas yang tersedia pada single wavelength TDM dan SCM PON didominasi oleh PAL konvensional atau layanan NTSC TV. HDTV akan diperlukan sampai 8 kali waktu kapsitas saluran kecuali harga domestic video bisa ditekan. Penambahan fiber dan atau panjang gelombang diperlukan untuk meningkatkan kapasitas sistem. Pada gambar 3 memperlihatkan bagaimana sebuah multiplekser sinyal HDTV downstream dapat ditambahPakan pada PON dengan menambahkan jaringan tembaga pada awal titik penyebaran. Panjang gelombang demultiplekser dan atau band-pass filter diperlukan pada input setiap band receiver untuk pemisahan konvensional dan HDTV service. Ada kemungkinan bahwa teknologi filter untuk pelanggan dipenuhi dengan receiver photodiode. Teknologi ini lebih murah dan dibutuhkan untuk setiap penerima TV convensional untuk mencegah terjadinya interferensi dari HDTV ke sistem layanan yang lain. Pada input penerima HDTV, bagian filter bisa diubah-ubah sehingga mampu mengakses lebih banyak channel dari pada sistem single HDTV wavelength.

Daftar Pustaka

  1. Arief Hamdani, Skenario Penggelaran PON - Suatu Pengantar Desain Jaringan Lokal Akses Fiber. ELEKTRO, Nomor XIII, Juni 1998.
  2. Arief Hamdani, Soendojoadi. Pengembangan Perangkat Lunak Untuk Perencanaan Jaringan Akses. Proceedings, The Third Workshop on Electro Communication and Information (WECI-III), Institut Teknologi Bandung, 1999.
  3. Kantor Perusahaan PT TELKOM, Divisi Riset Teknologi Informasi, Pedoman Perancangan Jarlokaf. PT TELKOM, 1996.
Oleh :
Arief Hamdani Gunawan
Optical Access Network Laboratory
Optical Access Network Laboratory, RisTI,
Jl. Gegerkalong Hilir 47 Bandung, 40152, Indonesia

| SAJIAN UTAMA |
| ENERGI | ELEKTRONIKA |

Please send comments, suggestions, and criticisms about ELEKTRO INDONESIA.
Click here to send me email.

| Halaman Muka


© 1996-2000  ELEKTRO Online.
All Rights Reserved.