ELEKTRO
Nomor 24, Tahun V, Januari 1999 
SAJIAN UTAMA 

2. 4 Terjebak mitos keperkasaan perangkat lunak komersial

Home 
Halaman Muka 
 
Komputer 
Komunikasi 
Energi 
Elektronika 
Instrumentasi 

Sejak masa pengenalan teknologi komputer dan penggunaan sehari-hari, baik dalam praktikum maupun lainnya, mahasiswa menggunakan perangkat-perangkat lunak komersial tersebut. Sehingga secara otomatis ketika mereka masuk lingkungan kerja akan menginginkan menggunakan perangkat yang sama. Hal ini akan menguntungkan pihak vendor perangkat lunak tersebut, karena artinya pembentukan "selera" secara otomatis. Tetapi secara tidak langsung hal ini memberikan dampak negatif yaitu si mahasiswa memiliki wawasan yang lebih sempit.

Di lain pihak apabila mereka masuk ke lingkungan kerja yang menggunakan lingkungan UNIX mereka menjadi kurang siap karena tidak dibekali dengan pengetahuan ketrampilan penggunaan UNIX. Padahal tak dapat dipungkiri lagi bahwa sebagian besar aplikasi "serius" seperti di perbankan, perusahaan minyak menggunakan UNIX sebagai sistem operasinya. Dengan kata lain mereka tidak familiar dengan penggunaan UNIX. Baik di tingkat end-user, programmer ataupun system administrator. Hal ini menjadikan timbulnya pendapat bahwa banyak lulusan jurusan bidang komputer tidak siap pakai di industri. Beberapa PTS menyiasati hal ini dengan memberikan pelatihan tambahan untuk pengetahuan UNIX. Atau beberapa alumni mengambil pelatihan mengenai UNIX di luar PT tempat mereka belajar. Kondisi ini menjadikan popularitas aplikasi berbasiskan UNIX semakin berkurang di kalangan pengguna, karena berkaitan dengan "uang dan usaha ekstra" yang harus dikeluarkan untuk mempelajarinya. Dengan demikian akibatnya popularitas aplikasi berbasiskan DOS/Windows menjadi lebih meningkat karene anggapan "kemudahan mencoba dan mempelajarinya". Tahun berjalan, dan ketika para alumni ini sudah mengalami kenaikan karir dan menjadi pengambil keputusan, mereka ini akan cenderung kepada pemilihan aplikasi berbasiskan DOS/Windows yang reliabilitasnya masih dipertanyakan. Efek ini terjadi secara alamiah dan telah berlangsung kurang lebih 10 tahun. 
 

Dampak negatif lainnya adalah dengan terbiasanya para mahasiswa menggunakan aplikasi komersial yang banyak diperoleh secara mengcopy secara illegal ini, menjadikan mereka terbiasa menggunakan perangkat lunak komersial jadi. Ini menjadikan mereka kurang memiliki niatan atau semangat untuk membuat solusi sendiri. Dengan kata lain menjadikan mereka lebih bergantung pada paket solusi jadi. Lebih lanjut lagi, ketika mereka bekerja di perusahaan yang memiliki kemampuan finansial untuk membeli perangkat lunak tersebut, maka mereka akan mendorong perusahaan tersebut membeli perangkat lunak tersebut. Padahal seringkali solusi dengan membuat perangkat lunak sendiri dapat tercapai dengan lebih mudah dan murah. Hal ini menjadikan pengeluaran ekstra bagi perusahaan-perusahaan pengguna perangkat lunak di Indonesia, dan hanya menjadikan para penyedia solusi menjadi pemilih paket program jadi saja. Dengan kondisi ekonomi yang buruk seperti sekarang ini, setiap pembelian perangkat lunak komersial berarti mengakibatkan adanya aliran dana keluar Indonesia. Secara makro hal ini memberikan dampak yang kurang baik bagi perekonomian Indonesia.
 

Kebiasaan bekerja di lingkungan MSDOS/Windows pun memberikan dampak negatif dalam pola pikir pengembangan solusi mandiri. Hal ini disebabkan keterbiasaan dalam lingkungan DOS/Windows yang kurang menunjang atau membentuk kerangka berfikir pembuatan perangkat lunak atau tool sendiri. Hal ini sebetulnya berlawanan dengan "trend" pada saat ini yang cenderung menggunakan pendekatan 'user centered". Artinya program dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kultur kerja pengguna. Jadi seharusnya dengan makin merebaknya trend ini, para pengembang perangkat lunak di Indonesia harus memiliki semangat lebih tinggi dalam membuat solusinya, dan tidak terjebak hanya sebagai pemilih solusi jadi atau sekedar agen penjual saja. Hal ini berbeda dengan kebiasan bekerja di dalam lingkungan UNIX, yang memiliki konsep "tools make tools". Para mahasiswa akan cenderung terdorong untuk membuat program atau "tool" yang sesuai dengan kebutuhannya sendiri. Dan diharapkan akan menciptakan inovasi-inovasi teknologi infomrasi yang sesuai dengan kebutuhan user setempat. 

3 Membedah kondisi saat kini

Sebelum melangkah perencanaan untuk penentuan platform masa depan, maka ada baiknya ditelaah terlebih dahulu kondisi pada saat ini di dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.

3.1 Bencana Krisis Moneter dan Kebutuhan Teknologi Informasi 

Krisis moneter jelas memberikan dampak pada penentuan arah kebijakan pengembangan teknologi informasi, baik di sisi penggunaan maupun pendidikan. Dengan merosotnya kemampuan dukungan finansial bagi sebagian besar institusi termasuk institusi pendidikan, maka kemampuan pembelian perangkat keras dan lunak baru menjadi semakin menurun. Di samping itu, melihat adanya kecenderungan penggunaan perangkat lunak "sistem operasi baru" yang membutuhkan perangkat keras yang lebih besar, walau untuk memberikan kemampuan yang sama atau hanya untuk keindahan tampilan belaka. 

Terjadi situasi paradoxial, di satu sisi kita menginginkan adanya sistem informasi yang mencukupi untuk meningkatkan kondisi ekonomi. Misal kebutuhan akan mail server, web server, sistem pemrosesan dokumen yang bisa menekan biaya operasional, pada saat ini sangat krusial. Tetapi di sisi lain, kebutuhan itu bila diatasi dengan menggunakan solusi berbasiskan perangkat lunak yang populer, akan membutuhkan tambahan biaya untuk perangkat keras dan lunak yang tidak sedikit. Sehingga perlu difikirkan, perangkat lunak alternatif manakah yang mampu memberikan solusi dengan perangkat keras yang telah ada dan sebisa mungkin dengan biaya sesedikit mungkin. Bukan hanya sekedar mengejar mode atau popularitas suatu program belaka. Sebab yang ingin dicapai adalah fungsi dari sistem tersebut harus terwujud.

Kebutuhan pengembangan teknologi informasi sendiri sudah tak dapat dihindari lagi, sedangkan perkembangan teknologi informasi membutuhkan biaya yang makin tinggi. Hal ini menjadikan kita harus lebih bijaksana dalam memilih teknologi yang digunakan. Sebagai contoh perangkat lunak sistem operasi yang dikeluarkan baru-baru ini meminta penggunaan memori RAM 32 MB, dan prosessor Pentium hanya untuk sebuah komputer yang berfungsi sebagai client. Optimasi penggunaan perangkat keras pada sistem operasi yang "berlabel baru" ini tampaknya agak diabaikan. Sudah barang tentu ini mendorong kepada pembelian perangkat keras yang jumlahnya sangat signifikant, terutama bagi institusi yang menggunakan banyak perangkat keras. Kebutuhan akan perangkat keras yang lebih besar ini memang disebabkan karena tendensi harga perangkat keras yang cenderung menurun, di pasaran Internasional. Akan tetapi mengingat kondisi perekonomian pada saat ini yang sulit, setiap pembelian perangkat keras haruslah difikirkan sebaik mungkin.
 

Di sinilah kini dituntut kedalaman pemikiran dan pertimbangan dalam menentukan perangkat keras. Tidak saja hanya karena mengikuti mode, tetapi harus benar-benar kepada pertimbangan fungsi yang ditawarkan. Sehingga akan mendorong kepada penggunaan perangkat keras yang optimal. Sedapat mungkin pemilihan perangkat lunak dan keras harus mempertimbangkan biaya dan fungsi yang dihasilkan. Setiap perangkat keras yang telah dimiliki haruslah dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan menggunakan perangkat lunak yang tepat. Jangan sampai hanya karena mengejar model dan keindahan tampilah, harus melakukan penambahan memori atau penggantian prosessor. Sedangkan fungsi yang diberikan dan usabilitas yang ada masih dipertanyakan.

Dengan memilih perangkat lunak, dan tidak membuang-buang biaya untuk perangkat lunak dan perangkat keras, dunia teknologi informasi dapat berkontribusi dalam menyelamatkan perekonomian Indonesia. Penyediaan informasi dengan peralatan berbiaya rendah akan sangat menolong sekali dalam menggairahkan perekonomian. Pembelian perangkat keras dan perangkat lunak yang kurang bijaksana hanyalah tindakan membuang-buang devisa belaka. 

Juga perlu difikirkan investasi pelatihan yang harus dilakukan. Dengan pemilihan perangkat lunak yang selalu membutuhkan investasi pelatihan setiap 1 tahun sekali, atau membutuhkan pelatihan untuk setiap produk baru keluar adalah tidak bijaksana. Akan lebih baik bila dilakukan investasi pelatihan kepada jenis perangkat lunak yang memberikan dasar pengetahuan (basic knowledge) yang baik dan memberikan kemampuan dan attitude bagi para pengguna untuk mampu mengadaptasi kepada perkembangan teknologi informasi yang ada dengan cepat.

3.2 LINUX sebagai penggerak trend baru OpenSource 

Tak dapat dipungkiri gerakan yang dimulai oleh GNU (Gnu is Not UNIX) dengan Open Source makin memperoleh momentum dengan makin merebaknya pengguna LINUX ini. LINUX sendiri adalah sistem operasi ala UNIX yang dibuat oleh Linus Torvald. Tak ada seorang atau satu perusahaan pun yang memiliki lisensi dari sistem operasi ini. Dengan kata lain sistem operasi ini bersifat freeware atau lebih tepatnya disebut Open Source, karena seluruh source code dari sistem operasi ini tersedia bagi para pengguna (Reymond, 1998) (Kelly, 1998). 

Di pertengahan tahun 1998 ini, mulai merebak suatu trend baru dalam perkembangan dunia industri komputer di dunia. Trend ini dikenal dengan nama Open Source. Trend baru mulai dilontarkan di UNIFORUM 1998, dan banyak didukung perusahaan besar seperti Netscape Gerakan Open Source ini makin mendapat sambutan baik dari kalangan akademik maupun industri. Perusahaan browser besar Netscape juga melepas source codenya untuk platform LINUX (Searls, 1998) (Phillips, 1998). Pada tahun-tahun ini pula banyak perusahana besar telah secara jujur mengakui dukungannya kepada LINUX misal Oracle, Informix, SUN dan juga IBM. Beberapa perusahaan telah memanfaatkan LINUX ini untuk operasi sehari-harinya misal CISCO. Melihat kemampuan LINUX yang tak bisa dipandang sebelah mata banyak perusahaan sudah menerapkan LINUX sebagai solusi murah yang handal.

Nama LINUX sendiri diturunkan dari pencipta awalnya, LINUS TORVALDS, yang sebetulnya mengacu pada kernel dari suatu sistem operasi, suatu penamaan yang biasa digunakan untuk mengacu ke pada suatu kumpulan lengkap software, yang bersama-sama dengan kernel menyusun suatu sistem operasi yang lengkap. Lingkungan sistem operasi ini termasuk : 

  • Ratusan program termasuk, kompiler, interpreter, editor dan utilitas 
  • Perangkat bantu yang mendukung konektifitas, Ethernet, SLIP dan PPP, dan interoperabilitas. 
  • Produk perangkat lunak yang handal, termasuk versi pengembangan terakhir 
  • Kelompok pengembang yang tersebar di seluruh dunia yang telah bekerja dan menjadikan LINUX portabel ke suatu platform baru, begitu juga mendukung komunitas pengguna yang beragam kebutuhan dan lokasinya dan juga bertindak sebagai team pengembang sendiri. 
Satu hal yang membedakan LINUX terhadap sistem operasi lainnya adalah, harga. LINUX ini GRATIS. Berarti dapat diperbanyak, dan didistribusikan kembali tanpa harus membayar fee atau royalti kepada seseorang. Tetapi banyak isue lainya dengan bersifat free, selain dari pertimbangan harga. Source code LINUX tersedia bagi setiap orang. Perkembangan LINUX menunjukkan pentingnya perananan kebebasan ini. Hal ini telah menghasilkan suatu tingkat keterlibatan yang menakjubkan dari ribuan atau bahkan ratusan ribu orang di seluruh dunia. 

Kebebasan ini telah memungkinkan para vendor perangkat keras membuat driver untuk divais tertentu tanpa harus mendapatkan lisensi source code yang mahal, atau menandatangani non disclosure agreement. Dan itu juga telah menyediakan kemungkinan bagi mahasiswa ilmu komputer di seluruh dunia untuk melihat ke dalam suatu sistem operasi yang nyata dan berkualitas komersial. 

Karena LINUX itu tersedia secara bebas di Internet, berbagai vendor telah membuat suatu paket distribusi, yang dapat dianggap sebagai berbagai versi kemasan LINUX. paket ini termasuk lingkungan LINUX lengkap, perangkat lunak untuk instalasi, dan mungkin termasuk perangkat lunak khusus, dan dukungan khusus. Distribusi ini misalnya Redhat, Caldera, Debian, SUSE dan lain-lainnya.

Yang paling penting adalah fakta bahwa LINUX memiliki akar perkembangannya dari Internet. Jadi LINUX dikembangkan oleh beragam kelompok orang. Keragaman ini termasuk tingkat pengetahuan dan pengalaman serta geografis. Agar kelompok ini dapat berkomunikasi dengan cara cepat dan efisien, Internet menjadi pilihan alat bantu. Begitu juga dengan pilihannya pada LINUX, ini menjadikan beragam perangkat bantu untuk mengakses Internet, telah tersedia pada LINUX sejak awal perkembangannya. 

Karena kernel (bagian utama dari sistem operasi) LINUX dikembangkan dengan usaha yang independent, banyak aplikasi yang berasal dari perangkat lunak terbaik yang tersedia. Sebagai contoh, C Compiler mengunakan gcc dari Free Software Foundation GNU's Project. Compiler ini banyak digunakan pada lingkungan Hewlett-Packaard dan Sun. 

LINUX juga menyediakan program aplikasi untuk keperluan kantor agar dapat menjalankan bisnis. Misal untuk spreadsheet, word processor, database dan program editor grafis yang tersedia untuk LINUX. Beberepa aplikasi seperti Aplixware, Corel, dan Empress memberikan kemampuan serupa. LINUX populer digunakan di lingkungan pemerintahan (khususnya di USA) dan industri. Pada banyak kasus pilihan terutama disebabkan pertimbangan harga. Tetapi kemudian dibuktikan bahwa ini merupakan pilihan yang tepat berdasarkan aspek yang lainnya pula. 

LINUX telah menunjukkan penetrasinya di bidang yang lainnya pula yaitu web server dan merupakan sistem operasi pilihan di lingkungan universitas. Juga bagi para pengguna yang menginginkan mempelajari UNIX untuk perkembangan karirnya. Sehingga LINUX banyak digunakan untuk perangkat bantu pelatihan. LINUX juga populer dalam penggunanaan sistem embedded dan aplikasi turnkey (siap pakai) termasuk firewall Interwall, router, Point of Sale (POS). Juga ada beberapa penerbit yang menggunakan LINUX pada sistem Raster Image Processor (RIP). 
 

Secara singkat kemampuan utama dari LINUX adalah (ini selalu bertambah dalam jangkauan minimal tiap bulan)

  • Memenuhui kompatibilitas dengan POSIX, System V, dan BSD di level source. 
  • Dengan menggunakan module iBCS2, menjadi kompatibel di level binary dengan SC O, SVR3, SVR4. 
  • Seluruh source code tersedia ini sangat memudahkan sekali bagi para pengguna yang ingin mempelajari seluruh sistem, ataupun bila para pengguna ingin memeriksa secara mendetail. Bila perlu pengguna pun bisa melakukan kompilasi ulang seluruh program untuk meyakinkan akan tiadanya celah sekuriti. 
  • Multitasking (beberapa program berjalan sekaligus) 
  • Multiuser (beberapa pengguna menggunakan mesin yang sama, tanpa perlu membayar user license) 
  • Mutliplatform (tidat terbatas pada satu jenis CPU, ada versi Intel, Alpha, RISC, dan bermacam-macam port) 
  • Mutliprocessor, termasuk Symetrical Multi Processor (hingga 16 processor pada satu mesin) atau kluster sistem (menggunakan banyak processor yang terhubung dengan network sebagai satu sistem) 
  • Berjalan pada modus terproteksi dari i386 
  • Melakukan proteksi memori antara proses, sehingga tak ada satu program yang dapat menyebabkan seluruh sistem crash 
  • Demand load executable, dalam arti LINUX hanya akan membaca bagian program dari disk yang benar-benar dibutuhkan 
  • Shared copy on write among executable, ini berarti prosess multiple dapat menggunakan memory bersama-sama. Ini memberikan dua keuntungan : menaikkan kecepatan, dan mengurangi penggunaan memori 
  • Memori virtual menggunakan paging, bukannya menswap seluruh process. 
  • Unified memory pool, sehingga memori dapat digunakan untuk program pengguna dan cache. 
  • Dynamic Linked shared library (DLL) dan static library 
  • Menyediakan "core dump:" sehingga dapat melakukan analisis bila suatu program crash. 
  • Pseudoterminal 
  • Mengemulasikan math-co-processor 
  • Mendukung beragam jenis keyboard. 
  • Mendukung konsol virtual. 
  • Mendukung beragam jenis file, MINIX, XENIX, X, dan juga RAID. 
  • Akses secara transparant ke partisi MS-DOS, OS/2, dapat membaca High Performance File System (HPFS) dari OS/2, dapat membaca partisi MacIntosh, CDROM 
  • TCP/IP networkng, termasuk aplikasi standard Internet, baik client maupun server 
  • Mendukung beragam protocol dan dapat berfungsi sebagai file atau printer server bagi beragam protocol misal Netware, Appletalk, Lan Manager (SMB) 
  • Mendukung beragam protocol baik yang baru maupun lama, TCP. IPv4, IPv6, AX.25, X.25, IPX, DDP (Appletalk), NetBEUI, Netrom, dan lainnya. 
  • Beragam Graphical User Interface. User memiliki pilihan untuk menggunakan sekitar lebih dari 10 jenis sistem user interface. 

3.3. Penyedia lapangan pekerjaan bagi tenaga TI lokal 

Krisis moneter di samping membaca beberapa dampak negatif, memberikan juga peluang dengan makin terbukanya kesempatan tenaga teknologi informasi lokal. Hal ini disebabkan makin terasa mahlnya biaya tenaga TI asing yang notabene harus dibayar dengan menggunakan standard dollar. Walaupun begitu tetap ada permasalahan dengan kemampuan yang dimiliki oleh para tenaga TI lokal.

Tidak dimilikinya LINUX oleh satu perusahaan atau seseorang, maka membuka kesempatan seluas-luasnya bagi tenaga TI lokal untuk menyediakan beragam jasa untuk mendukung penggunaan LINUX ini misal :

  • Instalasi LINUX 
  • Dukungan teknis LINUX (technical support) 
  • dll (akan dibahas di bagian selanjutnya)

Perkembangan terakhir dari dunia teknologi informasi menunjukkan bahwa faktor kesesuaian budaya dan pengembangan solusi sesuai dengan kondisi user adalah yang lebih tepat pada saat ini. Dengan kata lain pengembangan solusi teknologi informasi sebaiknya menggunakan pendekatan user centered. Artinya tidak ada satu pun aplikasi atau user interface yang dapat cocok untuk pengguna di seluruh dunia dengan latar belakang budaya yang berbeda. Hal ini memberikan kesempatan kepada tenaga TI lokal untuk berperan dalam menyediakan solusi kepada pengguna di lingkungannya. LINUX merupakan suatu platform yang sangat sesuai untuk tujuan pengembangan kesempatan kerja tenaga TI lokal, karena dengan tersedianya source code serta sifatnya yang terbuka. Ini memudahkan untuk mengembangkan atau mengkustomisasi aplikasi hingga sesuai dengan keinginan pengguna.

Dengan tidak berorientasinya jasa teknologi informasi pada penjualan produk jadi (dengan kata lain hanya sebagai agen penjualan), maka jasa yang diberikan lebih ke arah pemberian solusi, dan jaminan dukungan teknis. Hal ini memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak yaitu :

  • Pihak penerima jasa, akan memperolah jaminan bekerjanya solusi, karena kontrak bukanlah pembelian perangkat lunak, tetapi penyediaan solusi. Harga bisa lebih murah karena tidak perlu membayar lisensi. Solusi lebih terjamin karena dilakukan terhadap pihak yang sewaktu-waktu dapat dengan mudah dihubungi. 
  • Pihak pemberi jasa, akan memperoleh kesempatan kerja. Ini berarti telah membuka lapangan pekerjaan, dan menjadikan dana tetap mengalir di dalam Indonesia, karena tidak ada dana yang harus dibayarkan untuk pembelian lisensi perangkat lunak. Secara makro ini akan menguntungkan bagi perekonomian Indonesia. Di samping itu juga membuat kepercayaan yang makin tinggi kepada tenaga TI lokal. 


4. Berencana ke masa datang

I Made Wiryana  
mwiryana@rvs.uni-bielefeld.de 
Penulis adalah staf Universitas Gunadarma. 
 
Link: Platform Apakah yang Tepat untuk Sarana Belajar Kita Menjelang Abad 21? 

[KOMPUTER] [KOMUNIKASI] [ENERGI] [ELEKTRONIKA] [INSTRUMENTASI]

Please send comments, suggestions, and criticisms about ELEKTRO INDONESIA.
Click here to send me email.
[ Halaman Muka
© 1996-1999 ELEKTRO Online.
All Rights Reserved.